Resume 30 Menit Bersama Bunda Septi Peni Wulandani
30 Menit Bersama Bunda Septi Peni Wulandani
Selasa, 7 Maret 2017 lalu kelas
WhatsApp Group matrikulasi batch #3
Sulawesi 2 kedatangan tamu istimewa yaitu Founder
dari Institut Ibu Profesional (IIP). Sungguh sebuah kejutan bagi penghuni grup
pagi itu, karena ada kesempatan untuk bertanya langsung ke beliau perihal
menjadi ibu profesional. Berikut resume tanya-jawab pagi itu.
Narasumber: Bunda Septi
Moderator: Bunda Reny
Waktu: Pukul 11.30-12.00 WITA
Biografi:
*SEPTI PENI WULANDANI*
🔅Ibu dari 3 orang anak. Baru menekuni
passionnya di dunia anak dan keluarga saat membangun rumah tangga bersama sang
suami.
🏆Peraih DANAMON AWARD sebagai individu
pemberdaya masyarakat tahun 2006 ini selalu menggerakkan masyarakat lewat
pendidikan ibu dan anak.
🏆Keinginan kuatnya untuk menjadi "agen
perubahan" mendorongnya untuk mendapatkan prestasi sebagai TOKOH PILIHAN
MAJALAH TEMPO tahun 2007.
🏆Akhir-akhir ini sedang menekuni dunia
digital untuk pendidikan para ibu, dan komitmennya ini mendapatkan penghargaan
dari Kemenkominfo 2013 sebagai Kartini Next Generation bidang pendidikan.
Facebook :
https://www.facebook.com/septipw
1. Pertanyaan dari Bunda Diana
Bundaaaa Septiii, ikut
matrikulasi kayak ditonjok habis habisan. Malu lebih tepatnya. Nhw terakhir membahas
kegiatan yang gak penting. Saya bingung, ninggalin online, banyak info yang
lewat misal info di grup ini, mau online ehhh malah keterusan... Menentukan
konsep baku yang mau saya jadikan pegangan juga masih kalang kabut memilihnya
bund, semua konsep parenting dan HS (Home
Schooling) kok ya cantik-cantik semua... Mau milih, khawatir salah pilih
hehehe (asli langsung curhat).
Jawab:
Bunda Diana, menentukan
prioritas itu menjadi penting untuk kita para emak. Sehingga perlu kita
tetapkan mana yang utama, jadikan menjadi yang pertama.
Semua terlihat menarik, kalau
dulu belum punya prioritas kita akan ikut semuanya. kalau sekarang sudah punya
prioritas, bisa mengatakan menarik, tapi
tidak /belum tertarik.
Jangan sampai terkena tsunami
informasi ya bund, biasanya tidak akan ada yang dipraktekkan.
2. Pertanyaan dari saya
Mau bertanya ke Bu Septi,
bagaimana awalnya menyatukan visi misi keluarga dengan Pak Dodik?
Jawab:
Diawali dengan sering ngobrol
bareng, sehingga menyamakan Frame of Reference diantara kami, dan menguatkan
Frame of Experience. Kegiatannya harus sering bareng-bareng, dan sederhana
saja, misal ngopi bareng, makan bareng, jalan-jalan bareng. Seminggu sekali
kami master mind, nanya sudah sukses apa pekan ini? apa rahasianya sukses?
pekan depan pengin sukses apa? , dilakukan rutin samp[ai 1 tahun. Setelah itu
tepat 1 Muharram, kami obrolkan visi dan misi.
Tanggapan dari bunda Diana
Langkah ini apa gak terlambat
bu kalau misalnya saya lakukan sekarang? Maksudnya benar-benar niat serius
ngobrol terarah.
jawaban : Tidak ada kata
terlambat mbak diana, yang parah itu kalau tidak berubah sama sekali. Kan tugas
kita hanya bersungguh-sungguh di proses, sedang hasil adalah Hak DIA.
3. Pertanyaan dari bunda Susanti
Djumadi
Apa bu Septi dan Pak Dodik dari
awal menikah sudah se visi?
Jawab :
Belum dong mbak, kita kan
bertemu saat dewasa, punya pengakaman dididik dengan cara yang berbeda,
pengalaman hidupnya juga berbeda. bacaannya juga berbeda. maka itulah seninya
berumah tangga. VISI ku, VISImu menjadi VISI kita. Diawali dulu dengan latihan
. HpP ku , HP mu menjadi HP kita, dompetku, dompetmu, menjadi dompet kita.
sehingga tidak ada lagi rahasia diantara kita hehehehe.
4. Pertanyaan dari bunda Ricca
Taufik
Bunda Septi idolaku.. Bunda
kalau saya masih bermasalah soal pengelolaan uang keluarga. Selalu tergoda untuk
belanja online. Punya impian punya toko sendiri sehingga selalu berselancar
cari suplier, tapi ujung-ujungnya malah belanja buat sendiri karena kondisi saya
dan paksu nomaden. Saya ingin sekali ikut jejak bunda bisa concern di satu bidang sampai bisa berprestasi dan bermanfaat untuk
orang banyak, tapi saya belum fokus.
Jawab:
Aha! peluang ini bunda Ricca,
artinya ketertarikan kita sudah ketemu, sekarang tinggal mengubah mindset,
bagaimana kalau kita jadi produsennya, bukan konsumennya. Banyakin waktu kita
untuk belajar cara menghasilkan dari online, jangan dibanyakin waktu untuk
menghabiskan uang di online. nanti kan ketagihan belajarnya tingkat tinggi
5. Pertanyaan dari Susanti
Djumadi
Bunda Septi, Bagaimana
menyelaraskan impian masing-masing individu dalam keluarga.
Apa setelah berubah menjadi
kita, aku sudah tidak bisa eksis lagi?
Jawab:
Justru Aku berada di dalam
kita, mimpiKU menjadi bagian mimpiKITA, maka kalau di keluarga kami, saat family strategic planning, memutuskan.
Siapa tahun ini yang projectnya/mimpinya
akan dibantu untuk mewujudkan oleh seluruh team? maka kami bergantian menjadi
team di project keluarga.
keberhasilan individu menjadi kebahagiaan seluruh team ➡ "A" Home team.
6. Pertanyaan dari bunda Rose
Kalau kita sudah satu visi
misi, bagaimana cara menerapkan ke anak yang sudah remaja bun?
Jawab:
Ajak ngobrol juga ya bunda Rose,
jadikan anak remaja kita sohib. Kalau kami menerapkan sahabat anak-anak menjadi
sahabat kami berdua ortunya, demikian juga sebaliknya sahabat ortu akan menjadi
sahabat anak-anak remaja. Sehingga saat ngobrol visi misi ke anak remaja bisa
pinjam mulut sahabat saya.
7. Pertanyaan dari bunda Sifa
(Siti Fatimah)
Bu, minta tipsnya cara mengontrol
emosi saat anak sulit diatur dan buat ulah yang kita ndak sukai.
Jawab:
Bunda siti, jadikan setiap
kerewelan anak-anak kita, ulahnya, menjadi bagian pelajaran baru buat kita
orngtuanya. Saya dulu selalu mengubah mindset, sangat mendidik 2 balita
bersamaan. Setiap mereka rewel saya makin bahagia, mau dapat ilmu apalagi ini?
sehingga saat itu peran sebagai ibu yang pengin marah jadi hilang, sekerika
saya mengubah peran saya sebagai researcher yang sedang berada di laboratorium.
Bermain peranlah.
Sebenarnya masih banyak pertanyaan
yang masuk, namun karena waktu yang terbatas, jadi yang sempat dijawab oleh
bunda Septi hanya beberapa pertanyaan di atas.
0 komentar